26/03/09

Mari Belajar pada Beruang

SEEKOR beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai deras. Waktu itu memang tidak sedang musim ikan. Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air.
Namun, tak satu juga ikan yang berhasil ia tangkap.

Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya... hup... ia dapat menangkap seekor ikan kecil. Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan. Si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."

"Mengapa," tanya sang beruang.

"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu," rintih sang ikan.

"Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.

"Begini saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku untuk memenuhi seleramu," kata ikan.

"Wahai ikan, kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang.
"Mengapa?" ikan balas bertanya sambil
menggeleng-geleng kepalanya.

"Karena aku tak pernah menyerah walau sekecil apa pun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan!" jawab beruang sambil tersenyum mantap.

"Ops!" teriak sang ikan, nyaris tersedak.

Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap : "Ohhh....Andaikan aku tidak menyia2kan kesempatan itu dulu...?"

Maka bijaksanalah pada hidup, hargai setiap detil kesempatan dalam hidup kita. Di saat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan; di saat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; di saat jatuh selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali; dan dalam kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita.

Bila kita setia pada perkara yang kecil maka kita akan mendapat perkara yang besar. Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan yang besar.

Salam Suksess Mulia..
Yang Suksess Banyak... , Yang Mulia ...??

22/03/09

MENGAPA YAHUDI PINTAR …????


Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana . Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?"

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California , terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.

Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?"

Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius."

Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.

Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.

Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.

Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.

Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, "Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),"
ungkapnya.

Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.

Menurut ilmuwan di Universitas Israel , penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban.
Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.

Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.

Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.

Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, "Perbandingan dengan anak anak di California , dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !" katanya.

Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!

Anda terperanjat?

Itulah kenyataannya.

Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?

Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.

Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.

Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.

Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.

Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia . Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.

Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.

Benarkah merokok dapat melahirkan generasi "Goblok!" kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
"Lihat saja Indonesia ," katanya seperti dalam tulisan itu.

Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!

"Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia?
Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah

20/03/09

JK Minta Dahlan Tinjau Tiap Bulan

Wapres Jusuf Kalla (JK) meminta kepada Walikota Batam Ahmad Dahlan agar setiap bulan sekali meninjau pembangunan rusun di kawasan industri Kabil itu. “Beberapa bulan lagi saya akan ke sini dan rusun ini harus sudah selesai, Walikota harus mengawasi pembangunan ini,” tegasnya. Kehadiran Wapres ini dalam acara pemancangan rumah susun (Rusun) Jamsostek di kawsan Industri Terpadu Kabil, Nongsa, Sabtu (14/3) lalu. Dalam acara itu, JK mempertanyakan cat bus pekerja yang disediakan pemerintah Provinsi Kepri.JK menyayangkan kenapa bus pekerja berwarna hitam. “Tapi sayang sekali warnanya hitam harusnya, ya kalau bisa....,” JK berhenti sejenak, sedetik kemudian seluruh tamu undangan meneriakan kata “Kuning” untuk warna bus tersebut. “Nah itu khan tahu,” gurau JK disambut tepuk tangan dan tawa para tamu undangan. Dalam pidatonya, JK mengatakan bahwa pihaknya bangga kepada Pemerintah Provinsi Kepri yang bisa menyediakan beberapa bus untuk pekerja, sehingga bisa mengurangi biaya hidup yang dikeluarkan oleh para pekerja. “Tigapuluh persen gaji karyawan itu habis hanya untuk transportasi,” katanya.Dengan adanya bus pekerja yang disediakan Pemprov Kepri, lanjutnya sangat membantu para pekerja. Dan para pekerja pun bisa menyisihkan uang transportasinya untuk keperluan hidup lainnya. Karena menurut JK selama ini pekerja dan pemerintah setiap tahunnya hanya membahas UMR, UMK, dan UMS atau lainya, yang belum tentu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pekerja dan pengusaha. “Kalau gaji naik, semua kebutuhan hidup juga naik, sama saja dan itu bukan suatu solusi, tapi salah satunya adalah dengan memberikan kemudahan transportasi dan perumahan murah untuk para pekerja yang harganya terjangkau,” tuturnya.JK juga mengatakan pada para pengusaha, agar melaksanakan kewajibannya kepada para pekerja dengan memberikan fasilitas yang baik. Salah satunya dengan cara menyediakan rumah sederhana yang disewakan kepada para pekerja dengan harga murah. “Nah sekarang ini sudah mulai dibangun rumah susun sewa, yang dekat dengan tempat kerja, dan fasilitasnya lengkap,” paparnya.Masih kata JK, rusun tersebut tidak hanya dibangun di Batam, akan tetapi ke depannya akan dibangun di seluruh Provinisi Kepri. “Di Batam hanya permulaannya saja, nantinya di Karimun, Bintan dan Kabupaten atau Kota lainnya juga akan dibangun rusun, ya kalau bisa nanti para pengusaha kawasan industri bisa menyediakan rusun untuk para pekerjanya,” tuturnya.(HNR)

17 Calon Senator Terancam Gugur

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kepri, menilai beberapa calon DPD tidak memiliki disiplin, karena hingga Jumat (27/2) sekitar 17 calon anggota DPD belum menyerahkan nomor rekening dan laporan dana awal kampanye. Hal itu juga akan membuat calon senator tersebut dibatalkan keikutsertaannya dalam pemilu. Hal itu diungkapkan anggota KPU kota Batam, Ferry Manalu pada wartawan. Ia mengatakan hingga Jumat (27/2) hanya 11 orang calon DPD yang sudah menyerahkan nomor rekening dan laporan dana awal kampanye ke KPU Provinsi Kepri. “17 lainnya belum menyerahakan,” ujarnya.Masih kata Ferry, kesebelas calon itu salah satunya adalah Aida Ismeth, dan Aida merupakan calon DPD yang terakhir menyerahakan laporan rekening dan dana awal kampanye ke KPU. “Dengan dana awal kampanye di dalam nomor rekening sekitar Rp100 juta,” ungkapnya.Untuk dana awal yang terbesar diserahkan oleh calon DPD M. Kamsa Bin Bakri, sekitar Rp112,1 juta. Sedangkan dana awal kampanye terkecil Rp500 ribu milik calon senator Endi Senopaka. Ia juga mengatakan dari 17 calon senator yang belum menyerahkan nomor rekening dan dana awal kampanye berjanji akan menyerahakan hari ini, Sabtu (28/2). “Besok kita ada pertemuan dengan seluruh partai politik peserta pemilu dan calon DPD di Kantor Gubernur,” katanya.Selain itu, ia juga mengungkapkan, untuk partai politik (parpol) yang sudah menyerahkan nomor rekening dan laporan dana awal kampanye ada 17 parpol dari 38 parpol di Kepri. Ia berharap parpol peserta pemilu dan calon senator yang belum menyerahkan nomor rekening dan laporan dana awal kampanye segera menyerahkannya ke KPU Provinsi, lantaran batas waktu penyerahan tinggal satu minggu lagi. “Kalau bisa jangan last minit,” tegasnya.Ferry menambahkan, para calon senator yang belum menyerahkan laporan dana awal kampanye, adalah pihak yang tidak memiliki disiplin tinggi, padahal bagi Ferry, mereka adalah calon pemimpin. “Dan seorang pemimpin harus berdisiplin tinggi,” paparnya.Ia menghimbau kepada seluruh calon senator dan parpol agar segera menyerahakan nomor rekening dan dana awal kampanye, karena apabila tidak menyerahkan, sanksinya cukup berat. Sesuai UU No.10 tentang Pemilu tahun 2008 pasal 138 ayat (1) dan (2), baik parpol atau calon DPD yang tidak menyerahakan laporan dana awal kampanye akan diberikan sanksi pembatalan peserta kampanye.(HNR)

13/03/09

Demi Orangtuaku, Aku Jadi PNS


Jika diadakan survei pendaftaran calon pegawai negeri sipil (CPNS), ”Mengapa Anda mendaftar CPNS ?” Saya berani bertaruh, lebih dari 50 persen jawabannya adalah karena dorongan orangtua.

Alasan pertama, yang paling klasik adalah jaminan hari tua (pensiun) dan keamanan kerja. Dengan segudang proteksi peraturan yang ada, sangat sulit PNS diberhentikan. Alasan kedua, suatu kebanggaan bagi orangtua, jika anaknya dapat diterima sebagai pegawai negeri, karena belum tentu 1.000 banding 1 yang diterima. Alasan ketiga, (mudah-mudahan tidak ada lagi yang berpikir seperti ini) penghasilan boleh kecil, namun ceperannya gede. Kalau ada alasan yang keempat, tapi semoga tidak berlaku lagi, kerjanya baca koran dan bisa jalan-jalan, sembari gaji tetap jalan. Yah, semoga alasan ketiga dan keempat sudah dibumihanguskan di zaman reformasi ini.
Di sisi lain, saya memiliki seorang kawan pengusaha di Pekanbaru. Usianya baru menginjak 27 tahun, namun telah memiliki omset usaha lebih dari Rp100 juta per bulan, dengan keuntungan bersih rata-rata Rp20 juta per bulan. Setelah berusaha lebih dari dua tahun lamanya, dengan penghasilan jauh di atas gaji seorang manajer bank, ayahnya masih menginginkan ia untuk mendaftar CPNS. Namanya juga kultur ‘timur’, orang tua harus ditaati.
Jadi, mendaftarlah ia mengikuti tes CPNS. Memang dasar kawan tersebut otaknya brilian, diterimalah ia menjadi calon pegawai negeri. Pertanyaannya, apa yang ia akan kejar? Gaji? Di bawah Rp2 juta per bulan alias 10 persen dari apa yang ia dapatkan dalam bisnisnya. Gengsi? Apa yang mau digengsikan dengan penghasilan seperti itu? Paling-paling cukup buat nyicil motor. Itupun kalau dia belum berkeluarga dan makannya berhemat ria. Yang terpenting, buat apa ia melakukan itu semua? Demi orang tuanya!
Sekarang kita telusuri apa yang menjadi motif sang orangtua, terutama ayahnya. Usut punya usut, sang ayah memandang gejolak seorang pengusaha yang naik turun penghasilannya. Memang di usia usaha baru dua tahunan, wajar saja penghasilannya naik turun. Tapi, jika diakumulasi, apa yang ia capai selama dua tahun, dengan aset yang ia miliki, rumah dan mobil, mana mungkin dibeli dengan 10 tahun gaji pegawai negeri? Kecuali korupsi! Ok, kita fokus saja ke tujuan sang ayah memerintahkan anaknya jadi pegawai negeri, yaitu kesejahteraan, titik! Jadi, menjadi pegawai negeri bukanlah tujuan utama dari sang ayah, namun hal itu merupakan sarana (yang ayah ketahui) untuk mencapai tujuan (sejahtera). Anda menangkap maksud saya? Jika kita fokus ke tujuannya, caranya bisa jadi fleksibel.
Bayangkan jika kita memaksakan sesuatu yang tidak anak kita sukai, untuk dikerjakan. Menjadi pegawai negeri itu kan impian sang bapak bukan impian sang anak? Berapa banyak kasus orangtua memaksakan impiannya kepada anak-anaknya. Bukan, hanya menjadi pegawai negeri, mungkin juga menjadi dokter, akuntan, arsitek, insinyur dan apapun itu, jika itu bukan obsesi si anak, mengapa kita tega merebut kebahagiaan mereka? Dengan alasan demi kebaikan mereka, betulkah? Bukan demi kenyamanan orang tua, biar nggak pikiran anaknya akan jadi apa?
Jika memang melihat anaknya sejahtera dan bahagia adalah tujuan orang tua, ya biarkanlah mereka menjadi diri mereka sendiri, bukan orang lain. Kecuali, anaknya masih belum punya arah yang jelas atau melenceng, itu lain perkara. Saya sering diminta pendapat oleh kawan-kawan yang mendapat kasus pemerkosaan profesi seperti ini. Apa saran saya? Saya tanya dulu, yang penting kan tujuannya sejahtera, ya buktikan bahwa kamu bisa sejahtera dengan cara yang kamu yakini. Timbang saja risikonya ,”Apakah jika kamu membangkang memilih profesi yang orang tuamu inginkan, kamu diusir dan dianggap durhaka?” Jika jawabannya tidak, ya lakukan saja sesuai keinginanmu. Toh suatu saat mereka akan melihat, bahwa apa yang kamu lakukan adalah benar. Tapi itu semua harus digarisbawahi, ”Komunikasikan dengan cara yang santun dan tepat saatnya”. ”Don’t let anyone steal your dreams. Keep moving!” FIGHT! ***Jaya Setiabudi, Penulis buku best seller The Power of Kepepet!

Jika Semua Penduduk Indonesia Pengusaha

Sosiolog David McClelland berpendapat, ”Suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur (pengusaha) sedikitnya 2 persen dari jumlah penduduknya.” Sedangkan Indonesia hanya 0,18 persen dari jumlah penduduk atau 400.000-an orang saja yang menjadi pengusaha. Jadi negara kita ini masih jauh dari angka kemakmuran.
Bandingkan dengan negara tetangga Singapura, mereka memiliki 7 persen populasi penduduknya sebagai pengusaha. Alhasil, mereka kekurangan tenaga kerja dan mengimpor dari luar. Apa faktor-faktor yang menyebabkan suatu negara menghasilkan banyak pengusaha? Pertama, insentif sebagai pengusaha diperbesar, seperti kemudahan membuka badan usaha, fasilitas kredit usaha dengan bunga ringan, hingga keringanan pajak. Yang lebih penting lagi adalah ”pembunuhan” pungutan liar (pungli) oleh para aparat. Namun, itu semua bukan faktor utama, karena sifatnya ”iming-iming”. Seperti saya tuliskan dalam kitab persilatan usaha ”The Power of Kepepet” (Gramedia), ”Kepepet adalah motivasi terbesar manusia untuk berubah.”
Selama terlalu banyak proteksi bagi kaum pekerja, rasa nyaman itu akan menggerogoti mental bangsa ini. Nah, inilah faktor kedua yang terpenting harus dilakukan, terutama oleh pemerintah. Sejarah mencatat, para ”patriot” tumbuh saat penindasan terjadi. Memang kesannya tidak berperi ”keburuhan” dan akan terjadi gejolak jika hal ini diterapkan. Tapi, saya yakin, lambat laun akan terlihat hasilnya, pertumbuhan perekonomian (dan pengusaha) akan meningkat. Namun, itu semua juga harus diimbangi dengan maraknya kampanye menjadi ”juragan”, hingga mereka tidak terlalu depresi dan menimbulkan gejolak. Just an idea, bagaimana jika kita buat gerakan ”Sejuta Pengusaha” atau ”10 juta Pengusaha?” Wah, seperti apa negara ini jika pengusahanya membludak?
Pasti banyak pembaca mengerutkan dahi dan menanyakan, ”Kalau semua bangsa Indonesia jadi pengusaha... Siapa yang akan jadi kulinya Mas J?” Gampang saja, ya tinggal impor TKA (Tenaga Kerja Asing/Arab), TKB (Tenaga Kerja Bule), TKM (Tenaga Kerja Malaysia). Coba bayangkan, suatu saat Anda punya supir orang bule, keren kan! Masak kita masih bangga menjadi negara pengekspor tenaga kerja Indonesia (TKI), diperkosa lagi! Lagian, kondisi itu belum tentu terjadi dalam 1 abad ini di Indonesia. Kenapa? Mental pasrahnya kelewat besar. ”Sudah nasibku jadi karyawan, ya lakoni saja!” katanya. Kasihan banget tuh si ”nasib”, selalu jadi kambing hitam. Sebagai bahan renungan terakhir, “Mengapa tenaga upah buruh di Indonesia murah?” Karena pengusahanya sedikit, kulinya melimpah! Jika pengusahanya banyak, kulinya dikit, pasti upahnya tinggi dan pengusaha tak akan semena-mena! ”Daripada unjuk rasa, lebih baik kita buka usaha!” FIGHT! ***

Nakal Itu Bagus, Asal Tak Kurang Ajar

Kalau melihat masa kecil saya, mungkin sebagian besar guru sekolah saya tidak akan menyangka jika saya akan ”jadi orang” (bukannya setan). Saking bandelnya, tetangga saya menyebut saya ”anak setan”. Saat di bangku SD, saya hampir dikeluarkan oleh kepala sekolah saya, karena sering melanggar peraturan. Menginjak bangku SMP, seorang guru BP (Bimbingan Penyuluhan) menyumpahi saya sambil jarinya menuding ”kamu gak bakal sukses!!!”. Bisa jadi, jika guru BP saya melihat saya jadi pembicara seminar, mungkin beliau langsung pingsan.
Ada apa dengan mereka? Atau ada apa dengan saya? Mungkin mereka menilai saya malas, suka buat keributan, nyontek terus. Secara prestasi tertulis, diri saya hampir selalu rangking 3 (dari belakang). Itu menurut mereka lho…! Menurut saya, guru saya yang tidak memahami saya. Meskipun selama tiga tahun di bangku SMP, saya tidak pernah mencatat, tapi di mata pelajaran bahasa Indonesia saat kelas 3 SMP, catatan saya penuh dan rapi. Bukan karena saya suka mata pelajarannya, tapi saya suka gurunya. Dari mayoritas guru yang mengatakan saya anak setan, gak bakal sukses dan umpatan lainnya, hanya beliau yang mengelus saya dan mengatakan,”Jaya, kamu itu pintar!”. Sama dengan yang dikatakan kedua orang tua saya, ”Kamu itu pintar”.
Mengapa saya tidak termotivasi untuk belajar? Menurut saya, (maaf) guru saya yang ”goblok”! Mereka tidak tahu potensi saya dan men-generalisasi pribadi saya dengan para siswa umumnya. Ditambah, metode pengajaran yang sangat membosankan dan penuh hapalan. Sedangkan saya sangat menyukai logika dan perhitungan. Maka dari itu, saya menemukan titik balik saya saat saya masuk sekolah kejuruan dan universitas, meskipun masih ada sebagian mata pelajarannya, menurut saya adalah ”sampah”. Asal tidak kurang ajar dan kriminal
Orang tua saya selalu menanamkan, nakalnya anak-anak adalah suatu yang wajar. Asalkan tidak kurang ajar dan berbau kriminal. Nakalnya anak-anak adalah simbol ”ekspresi” kebebasan. Anak ngeyel berarti gigih memperjuangkan sesuatu. Tidak mau sama dengan yang lain, artinya ”kreatif” dan berani tampil beda. Lasak artinya aktif. Tidak takut salah artinya ”berani mengambil risiko”. Bukankah pribadi para pemimpin dan pengusaha adalah seperti itu? Bandingkan dengan seorang anak yang diarahkan oleh orang tuanya untuk ”patuh” pada peraturan, tidak boleh ”membangkang”, berpikir urut dan lurus, serta menghindari risiko. Apa jadinya mereka saat ini atau kelak? Karyawan selamanya!
Masalahnya, jarang ada sekolah yang mengizinkan muridnya untuk tampil beda dan kreatif. Salah satunya adalah sekolah anak saya ,”Tije Club”. Meskipun masih relatif baru dan pendirinya ‘Kak Tije’ adalah master di bidang hukum, namun dia adalah sosok pendidik yang demokrat. Pernah suatu saat, anak saya membuat pekerjaan rumah (PR) menulis huruf B. Namun, anak saya memenuhi satu halaman itu dengan huruf bervariasi, ada L, F dan berbagai huruf lainnya. Istri saya menanyakan kepada saya, apa yang harus dilakukan? Saya bilang, ”Diamkan saja, saya mau lihat respon gurunya”. Eh, ternyata gurunya memberi nilai 100 dan tulisan ”bagus”. Kenapa? Intinya kan belajar menulis huruf. Nah, anak saya bahkan bisa menulis lebih dari satu huruf, ya bagus kan?
Sebagian dari pembaca akan berpikir pola pikir kita (saya dan Kak Tije), nyleneh. Tapi, menurut saya, itulah kreativitas. Yang penting kan tidak melanggar etika dan norma. Ingat, terlalu disiplin dapat membunuh kreativitas seorang anak. Tapi, terlalu longgar juga dapat membuat anak kurang ajar. Jadi boleh disiplin, asal jangan mematikan kreativitas. Boleh nakal, asal tidak kurang ajar dan kriminal. Boleh juga protes tentang tulisan saya, wong namanya juga pendapat. Kalau semua mengangguk, artinya saya tidak kreatif, atau Anda tidak kreatif. Bingung? Bagus! FIGHT!

12/03/09

BIARKAN ANAKKU JADI KULI !

Suatu Statement yang bertolak belakang dari kata-kata ayah saya (yang juga seorang karyawan),”Lebih baik kecil jadi bos, daripada gede jadi kuli!” Tapi itulah kenyataannya. Mayoritas orang tua murid secara tidak langsung menggiring anaknya jadi kuli. Jika Anda memiliki seorang anak yang sekarang bingung mau jadi apa? Coba ingat-ingat kembali, apa yang telah Anda ajarkan bagi mereka? Sejak dari usia dini, mereka diajarkan untuk “tidak membuat kesalahan”, betulkah?! Sebagian atau mungkin mayoritas pembaca akan protes (saya juga pas dengar kata-kata ini dari Om Bob Sadino juga bertanya-tanya),”Emang mau ngajarin anak kita berbuat salah atau gagal?” Saat anak Anda belajar berjalan dan mulai memanjat, Anda berkata,”Eehh, JANGAN manjat-manjat, nanti jatuh!” Doktrinisasi lainnya,”Belajar yang rajin, sekolah yang tinggi, biar gampang CARI KERJA”. Kala anak kita ingin memulai usaha sambil kuliah, Andapun berkata,”Udah, selesaikan sekolahmu dulu…!” Apa yang dikatakan kebanyakan orang tua setelah anaknya lulus kuliah dan ingin memulai usaha? “Kerja dulu di perusahaan besar, cari pengalaman dan kumpulkan uang untuk modal, baru mulai usaha!” Biasanya mereka akan terjebak di zona kenyamanan dan hilanglah keberanian. Apa yang akan Sadar atau tidak, sebagai orang tua, Anda sangat berperan membentuk nasib anak Anda saat ini atau dimasa mendatang. Jika mereka jadi bimbang saat mau melangkah, takut salah, takut gagal, diam ditempat dan loyo. Ya itu buah dari apa yang telah Anda tanamkan ke mereka. Saya adalah sebagian kecil orang yang beruntung mendapatkan nilai-nilai kemandirian dari orang tua saya. Meskipun ayah saya seorang karyawan sampai pensiun, namun doktrinisasi kemandiriannya membuat saya tegar menghadapi semua rintangan hidup. Apa kata-kata lain yang sering diucapkan ayah saya? “Papah yakin, kamu PASTI BISA!”, “Coba terus sampai bisa”, “Gelar itu tidak penting, skill lebih penting”, “Belajarlah dari kesalahan” bukannya tidak boleh salah lho.Cari KETRAMPILAN Bukan Gelar
Minggu lalu saya berjumpa dengan salah seorang mahasiswi Universitas Ciputra, bernama Carol. Di usianya yang baru 19 tahun, saya cukup kagum dengan kemampuannya berinteraksi dengan orang lain. Carol menceritakan perihal pertemuannya dengan Ciputra, pendiri Universitas Ciputra. Pak Ci berpesan kepada Carol,”Kamu semester 6 keluar aja, bangun usahamu. Tak usah lama-lama sekolah”. Jika Anda sebagai seorang dosen atau orang tua murid, beranikah Anda mengatakan seperti itu? Pikir 200 kali mungkin ya? Kenapa Pak Ci berani mengatakan seperti itu? Justru karena beliau melihat potensi Carol yang bisa melesat lebih jauh dibanding jika ia tetap di bangku kuliahnya? Bagaimana dengan gelarnya sebagai seorang sarjana? Justru saat ia tidak mendapat gelar sarjana, tidak memberikan pilihan baginya menjadi seorang karyawan. Perlu diketahui, hingga saat ini, Universitas Ciputra statusnya belum terakreditasi! Siapa sih orang tua yang mengijinkan anaknya sekolah seperti itu?
Pertanyaan saya kepada para orang tua:
1. Apakah anak Anda dipersiapkan menjadi karyawan atau pengusaha?
2. Apakah anak Anda bisa mandiri, (maaf) jika Anda meninggal nantinya?
3. Apakah Anda mengijinkan anak Anda berbuat kesalahan (bukan kejahatan)?
4. Apakah GELAR atau KETRAMPILAN yang lebih penting bagi anak Anda?
5. Apakah Anda memberikan ‘ikan’ atau mengajarinya ‘memancing’?
“Jangan biarkan anak Anda jadi kuli, kasihan!”
“Salam Gila Entrepreneur”
Ajat
Direktur Lautan Intan Jatnika
0817217101
Artikel ini diambil dari : www.yukbisnis.com

Pengaruh politik dalam kehidupan masyarakat

Kembali kita mengulas arti penting politik dalam kehidupan masyarakat. Ternyata politik itu mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap diri setiap orang yang berada diwilayah tersebut. Seseorang akan memiliki harapan yang kuat atas perjuangan yang dilakukan dalam hidupnya. ini terjadi karena dalam politik diajarkan untuk memperjuangkan sebuah idealisme yang dimilikinya secara terus menerus dengan didukung sebuah instrument politik yang ada.
Orang-orang yang terjun diwilayah ini ternyata juga memiliki ketangguhan mental dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapi, bahkan dia akan terus berjuang dan berjuang demi sebuah idealisme dengan harapan orang tersebut bisa memberikan arti positif buat masyarakat disekitarnya dalam mampu memberikan ewarna yang indah buat sesamanya. ( bersambung-2)

Pemuda Batam: Pelajaran Emas dr sang Gajah

Pemuda Batam: Pelajaran Emas dr sang Gajah

Pengaruh politik dalam kehidupan masyarakat

Kita bisa melihat dan merasakan bahwa pengaruh politik dalam kehidupan masyarakat sangatlah besar. Untuk itu diharapkan kepada siapapun yang berada diwilayah politik, baik berada dalam tataran pemerhati maupun pelaku politik untuk senantiasa memberikan pencerahan dan pemahaman akan arti penting politik itu sendiri.

Pengaruh positif politik dalam kehidupan bermasyarakat bisa dilihat dari animo masyarakat terhadap setiap pelaksanaan pemilu yang digelar baik itu pemilu ditingkat lokal maupun tingkat nasional. ( bersambung )

06/03/09

Hijrahkan Diri Kita

Tak terasa tahun baru Islam 1428 H telah datang. Kembali kita teringatkan bagaimana Rasulullah melakukan strategi perjuangan untuk menegakkan risalahnya. Meninggalkan kota Makkah menuju kota Madinah. Sebuah strategi mewujudkan kondisi yang lebih kondusif sehingga memungkinkan panji-panji Islam berkibar dan ajaran-ajarannya bisa terwujudkan dalam keseharian hidup mereka. Dalam perjalanannya yang berjarak 450 KM, panas menyengat terlewati, begitu juga menembus malam yang gelap menyusuri bukit-bukit dan padang gersang. Semuanya itu dilakukan bukan karena rongrongan orang kafir Quraisy, tetapi dilandasi atas dasar perintah Allah SWT. Dari perjalanan itu, sebuah tafsir bisa kita maknai. Tak sekedar perjalanan fisik semata, hijrah dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi juga perjalanan psikologis. Rela berkorban meninggalkan harta mereka dan kecintaan terhadap dunia demi membangun kekuatan baru. Sebuah kekuatan yang menjadikan ukhuwah semakin erat antara kaum muhajirin dan kaum Anshor (Madinah). Sejarah telah membuktikan bagaimana persaudaraan itu terbangun atas dasar ikatan iman yang mendasari saling membantu dan meringankan beban saudaranya. Sungguh, sebuah solidaritas yang kini tak mudah kita temui. Di zaman kita kini, apa yang bisa kita petik dari sejarah hijrah itu..? Ada sebuah hakikat yang sebenarnya bisa terpahami, bahwa hijrah kita kini adalah hijrah ma’nawiyah. Inilah hakikat sebenarnya hijrah. Meninggalkan segala kemungkaran dan kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT. Sebagai panduannya, kita berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah nabi Muhammad SAW. Kita lepaskan nafsu syahwat yang membelanggu kita menuju pijar cahaya kebaikan. Inilah perjuangan kita kini. Meninggalkan jejak kejahiliyahan menuju ketaatan dan memanifestasikan keimanan kita agar menjadi rakmat bagi seluruh alam. Untuk menuju kearah sana, kita bisa melakukannya dengan beberapa jalan; Pertama, hijrah i’tiqodiyah, meninggalkan segala bentuk keyakinan, kepercayaan dan ikatan yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT. Di zaman kita sekarang ini, wajah yang nyata adalah dosa-dosa syirik. Kita memberhalakan, menuhankan sesuatu selain Allah SWT. Meminta sesuatu dan pertolongan bukan kepadaNya, tetapi justru kepada makhluk, bahkan sesuatu yang tak bernyawa. Kita kadang tidak sadar bahwa telah menuhankan uang, mengukur segala sesuatu dengan uang sehingga tanpa kita sadari pula uang telah kita berhalakan, uang telah kita Tuhankan. MasyaAllah... Atau barangkali ada diantara kita yang masih percaya dukun, mempercayainya bahwa dia bisa merubah hidup kita, meminta keselamatan, meramalkan jodoh, mencarikan barang yang hilang, meminta agar rizki bertambah dll. Sungguh inilah bentuk kekufuran yang nyata. Saat ini kita perlu meninggalkan semuanya itu menuju keyakinan bahwa Allah SWT lah tempat kita meminta, tempat kita bersandar dan berserah diri. Kedua, hijrah fikriyah, meninggalkan segala bentuk cara berpikir yang tidak sesuai dengan pola pikir Islami. Saat ini, kita dihadapkan pada cara berpikir sekuler-liberal ala Barat. Hegemoni cara berpikir semacam ini begitu kuat yang berusaha merobohkan sendi dan bangunan Islam. Jelas, kita mesti melawannya. Bukan dengan kekuatan fisik, tetapi dengan argumentasi yang ilmiah dan cara penyampaian yang baik. Untuk membentengi diri kita dan kaum muda kita, cara yang paling cerdas adalah dengan Ilmu. Kaum muda Islam, terutama aktivis-aktrivis masjid, perlu ada yang menggeluti dunia pemikiran Islam karena belum banyak yang berkiprah di ranah ini. Berat memang dibandingkan dengan kajian seputar cinta dan nikah. Dakwah di dunia pemikiran Islam mengharuskannya bergulat dengan literatur, jurnal dan buku-buku yang kadang membuat kening berkerut. Hal ini penting kita geluti agar kita dan kaum muda Islam tidak terjebak menerima begitu saja doktrin ala sekuler-liberal Barat. Jihad intelektual, inilah tugas kita kini. Ketiga, hijrah sulukiyah, meninggalkan tingkahlaku yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah. Berat memang, tapi ini konsekuensi logis karena kita seorang muslim. Apa jadinya ketika kita mengaku sebagai seorang muslim tetapi akhlak kita tidak mencerminkan akhlak Islami, lucu sekali. Nah, diawal tahun baru ini, jadikan momentum bagi kita untuk mengevaluasi sejauhmana tingkah polah kita selama ini. Seringkah kita melanggar ketentuan Allah SWT. Kalau jawabannya ya, kini saatnya kita hijrahkan diri. Hijrahkan diri kita agar bisa menjadi muslim yang baik, muslim sejati. Menjadikan setiap detik adalah pejuangan untuk menegakkan panji-panji Islam agar tetap berkibar. Hiasi diri kita dengan akhlak Islami sehingga menjadi manusia magnetis yang bisa menarik orang menuju cahaya Islam. Saudaraku..inilah hijrah yang bisa kita kerjakan.Dengan spirit tahun baru Islam ini, kita mulai hidup baru.Hidup dibawah naunguan Al-Quran dan cinta Rasul.Bukan sekedar memahaminya, tapi mereflleksikan dalam keseharian hidup kita. Semoga. Kota Purwokerto diawal tahunSebuah pagi dengan semangat baruSemoga bisa menjadi muslim sejati