Rakyat Indonesia harus berhenti mendukung Arab!!!!
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan, Telur Arab Tak Menetas di Bumi RI Oleh Djoko Susilo * Dua pekan lalu Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ekonomi dunia Islam. Forum itu dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Salah satu tema yang diangkat pertemuan itu ialah bagaimana meningkatkan investasi Timur Tengah. Dan, bagaimana RI bisa mendapatkan bagian USD 4 miliar kue investasi dari negara Arab. Sesungguhnya tidak ada hal baru dalam forum tersebut karena masalahnya juga tetap. Yakni, keringnya invetasi Arab di dunia Islam, khususnya Indonesia. Dengan kata lain, uang Arab tetap enggan masuk. Ibarat telur, investasi Arab tetap tidak menetas di bumi RI. Janji investasi Arab hanya omong kosong belaka. Kita sudah sangat cinta dengan Arab, tapi cinta kita bertepuk sebelah tangan. Marilah kita ungkap fakta dan realita yang ada. Dalam urusan Palestina, negara dan bangsa Indonesia selalu berada dalam barisan terdepan. Contoh waktu serangan brutal Israel ke Gaza beberapa bulan lalu, ratusan ribu orang berdemo di Jakarta. Demikian pula waktu terjadi perang antara Israel lawan Hizbollah, masyarakat juga berdemo menunjukkan dukungan untuk Arab. Padahal, waktu itu saya yang kebetulan sedang di Dubai, suasana tenang-tenang saja. Tidak adademo, tidak ada ajakan mendukung Hizbullah. Bahkan, saat terjadi serangan Israel ke Hamas lalu, polisi Palestina di Ramallahmalah menangkapi demonstran yang mendukung Hamas di Gaza. Dalam hubungan diplomasi, tercatat dari Presiden Soeharto sampai SBY ataubahkan wakil presiden sudah berkujung ke negara Timur Tengah. Libya, Saudi Arabia, Mesir, dan UAE termasuk negara yang paling sering dikunjungi kepala negara kita. Namun,dalam catatan diplomatik kita, ternyata Kol Moammar Qaththafi belumpernah sekalipun ke Jakarta.. Juga raja Arab Saudi yang tercatat pernahke Indonesia ialah Raja Faisal pada 1974, sedangkan Presiden Mubarak keIndonesia kali terakhir pada 1983.Ekonomi Tak Mengembirakan Hubungan ekonomi tampaknya juga kurang menggembirakan. Sudah banyak saudagarArab dan juga pejabat tinggi negara Arab menjanjikan investasi ataubantuan ekonomi, tapi umumnya realisasinya rendah. Dalam hubungan pariwisata, sangat sedikit turis Arab ke Indonesia, padahalnegeri jiran Malaysia sekarang kebanjiran turis Timur Tengah. Bahkan,Bangkok yang mayoritas Buddha pun kebanjiran turis Arab. Memang tampaknya kita yang merasa diri dianggap penting, padahal pihak Arabsama sekali memandang sebelah mata. Jamaah haji perempuan kita seringdisebut dengan cara melecehkan "Siti Romlah", sedangkan para tenaga kerja wanita (TKW) kita banyak yang mendapat perlakuan kejam tanpa perlindungan hukum memadai. Investasi Arab nyatanya tetap tertinggi di Amerika Serikatdan Eropa Barat. Pangeran Al-Walid, orang paling kaya nomor empat didunia, pun lebih senang menanam saham di as meski sekarang bisnisnyaguncang akibat krisis keuangan di AS.Kasus pepesan kosong dariArab bisa dilihat di Jakarta dalam monumen tiang pancang monorel yangmembikin macet jalanan ibu kota. Ketika tiang tersebut diresmikanPresiden Megawati atas gagasan Gubernur Sutiyoso (waktu itu), gencardiberitakan akan dapat dana pinjaman Arab USD 500 juta. Sampai limatahun setelah tiang pertama dibangun, satu dolar pun uang Arab tidakada yang dicairkan.Memang, sebenarnya, kalau sudah menyangkut harta, tidak ada soal solidaritas Islam. Yang ada adalah keamanan kekayaan Arab. Reorganisasi Deplu Dalam organisasi Departemen Luar Negeri (Deplu), kawasan Timur Tengahditangani Direktorat Timur Tengah yang merupakan bagian dari DirektoratJenderal Asia, Timur Tengah, dan Pasifik. Dengan demikian, bagi paraperumus kebijaksanaan di Deplu, Timur Tengah hanya subbagian darikawasan Asia, Afrika, dan Pasifik yang sangat luas. Ini sudah sangatsesuai dengan kebutuhan.Di seluruh Timur Tengah, dari 22 negara anggota Liga Arab, RI saat ini mempunyai KBRI di 19 negara. Hanya tiga negara yang tidak ada, yakni Mauritania, Oman, dan Bahrain. Dariseluruh KBRI itu, dua yang cukup besar karena memiliki jabatan wakilDubes, yaitu KBRI di Kairo, Mesir dan KBRI di Riyadh, Saudi Arabia.Meski cukup banyak perwakilan RI di kawasan itu, tetap tidak bisa menandingikawasan Asia Timur, di mana Jepang, Korea, Taiwan, dan belakanganTiongkok merupakan investor dan mitra dagang terbesar Indonesia. Dengan demikian, sangat jelas dari dulu Timur Tengah hanya memberikan harapanhampa.. Kawasan itu merupakan fatamorgana yang hanya indah dalambayangan dan harapan Karena itu, perlu rasional dalam melihatketimpangan hubungan RI-Arab. Seyogyanya RI lebih terintegrasi dengankawasan Asia Pasifik daripada menunggu pepesan kosong dari negara Arab.Kita akan semakin menderita dengan cinta tak berbalas darinegara-negara Arab.* Djoko Susilo, anggota Komisi I DPR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar