Berbohong (lie), adalah suatu sikap yang memalsukan, baik keadaan atau informasi dengan harapan yang mendengar kebohongan untuk percaya dan yang berbohong biasanya diuntungkan. Kadang kita jumpai juga kebohongan yang sama sekali tidak menguntungkan siapa-siapa. Lalu kenapa berbohong?
Banyak alasan yang di cari seseorang saat dia melakukan kebohongan. Namun sebagian besar adalah untuk menutupi fakta atau mengarahkan pemikiran orang (sebenarnya ini lebih pantas disebut dengan istilah menghasut), selain itu alasan lainnya adalah karena kepepet (waktu, keadaan, uang, dan sebagainya).
Berbohong, bisa jadi baik, namun sebagian besar penggunaannya untuk hal yang kurang baik. Menurut muslimabipraya, anak kecil memiliki kencederungan berbohong dengan alasan-alasan tertentu.
Tetapi kadang alasan milik orang dewasa lebih tidak masuk akal dibanding alasan-alasan anak kecil. Membohongi polisi agar dapat SIM, membohongi apoteker/ dokter agar mendapatkan obat dengan harga murah, berbohong agar dagangannya laku, berbohong kalau dirinya adalah orang baik untuk menipu, berbohong bahwa dirinya adalah tentara ( wtf ) dan sebagainya.
Kenapa kita tidak boleh berbohong?
Anak kesalahan sebagai turunan dari dari berbohong sangat banyak. Penipuan, pemalsuan, penggelapan, korupsi, markup, konspirasi. Jika yang dibohongi tidak suka bahkan bisa berujung pada, pembalasan, penganiayaan, pengancaman hingga pembunuhan. Kenapa? karena jika seseorang dibohongi, umumnya merasa kesal, jengkel hingga marah.
Banyak cerita yang menggambarkan kerugian jika berbohong, yang paling dikenal adalah dongeng pinokio dan dongeng gembala kambing dan serigala. Alasan utama kenapa kita sebisa mungkin untuk tidak berbohong adalah
“Karena berbohong adalah kesalahan awal dengan tiada akhirnya”
Begini, katakanlah kita berbohong tentang suatu hal dengan menggunakan alasan-alasan tertentu, menggunakan fakta-fakta palsu. Disaat yang sama kita harus berbohong lagi untuk mendukung kebohongan kita, dan kebohongan baru yang baru dibuat juga harus didukung oleh kebohongan lagi, daaaaan begitu seterusnya. Anda akan selalu menutupi kebohongan dengan kebohongan. Dan hidung pinokio pun semakin panjang.
Jika anda ketahuan berbohong, anda akan merasa malu karena ucapan anda tidak sejalan dengan kenyataan dan kemampuan anda sebenarnya. Anda akan kehilangan kepercayaan, yang akan sangat sulit, bahkan jauh lebih sulit mengembalikan kepercayaan orang yang telah dibohongi ketimbang anda memupuk kepercayaan relasi yang baru saja anda kenal, karena mereka akan lebih menjaga jarak, waspada dan penuh curiga terhadap anda.
Kapan kita boleh berbohong?
Diriwayatkan dari Ummu Kultsum, bahwa ia berkata: “Saya tidak pernah mendengar Rasulullah Saw memberi kelonggaran berdusta kecuali dalam 3 hal: [1] Orang yang berbicara dengan maksud hendak mendamaikan, [2] orang yang berbicara bohong dalam peperangan dan [3] suami yang berbicara dengan istrinya serta istri yang berbicara dengan suaminya (mengharapkan kebaikan dan keselamatan atau keharmonisan rumah tangga)”. (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman , kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman , akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar” (QS: Al-Nahl 16:106)
Apakah boleh berbohong untuk kebaikan? Kebaikan apa? kebaikan siapa? apa resikonya jika tidak berbohong dibandingkan dengan berbohong? Melihat hadis diatas, cukup jelas batasan boleh berbohong dalam hal apa saja.
Dan itupun dalam keadaaan tertentu saja, tidak setiap saat dalam perang kita harus berbohong, dan tentu saja tidak setiap saat suami istri berbicara adalah dusta. Keadaan yang dimaksud adalah jika tidak ada jalain lain untuk hasil yang baik untuk kedua pihak selain berdusta maka keadaan tersebut membolehkan untuk berbohong, keadaan ini juga populer disebut sebagai white lie,
Bagaimana menghindari berbohong?
Menghindari situasi yang memaksa anda untuk berbohong lebih mudah daripada memperbaiki kesalahan yang akan anda buat dengan berbohong.
Jangan malu untuk menyatakan anda tidak mampu melakukan/ memenuhi sesuatu, ketimbang anda memberi pengharapan besar kepada lawan bicara tetapi sebenarnya anda berbohong dan tidak yakin akan apa yang anda katakan.
Apakah dengan jujur segala sesuatunya akan menjadi lebih buruk? saya kira tidak. Di awalnya mungkin iya, tetapi rasa melepaskan beban dari pikiran dan hati anda tidak ternilai rasanya, dan nikmatnya, yakinlah anda akan jauh lebih tenang jika anda jujur.
Arahkan pembicaraan dengan menampilkan fakta-fakta yang benar sehingga terhindar dari topik dimana anda harus berbohong.
Biasakan berkata jujur. Anda akan menjadi orang yang dipercaya, dan kepercayaan akan membawa relasi, relasi insya ﷲ membawa rejeki. Gelar pertama Rasulullah bukan Sarjana Teknik, tapi Al-Amin, orang yang bisa dipercaya. Bukankah tujuan hidup kita di dunia hanyalah mencontoh tindakan Uswatun hasanah kita, Rasulullah s. a. w.
“ It is hard to believe that a man is telling the truth when you know that you would lie if you were in his place. ~Henry Louis Mencken, A Little Book in C Major, 1916
If you tell the truth you don’t have to remember anything. ~Mark Twain
Honesty is the first chapter of the book of wisdom. ~Thomas Jefferson
Banyak alasan yang di cari seseorang saat dia melakukan kebohongan. Namun sebagian besar adalah untuk menutupi fakta atau mengarahkan pemikiran orang (sebenarnya ini lebih pantas disebut dengan istilah menghasut), selain itu alasan lainnya adalah karena kepepet (waktu, keadaan, uang, dan sebagainya).
Berbohong, bisa jadi baik, namun sebagian besar penggunaannya untuk hal yang kurang baik. Menurut muslimabipraya, anak kecil memiliki kencederungan berbohong dengan alasan-alasan tertentu.
Tetapi kadang alasan milik orang dewasa lebih tidak masuk akal dibanding alasan-alasan anak kecil. Membohongi polisi agar dapat SIM, membohongi apoteker/ dokter agar mendapatkan obat dengan harga murah, berbohong agar dagangannya laku, berbohong kalau dirinya adalah orang baik untuk menipu, berbohong bahwa dirinya adalah tentara ( wtf ) dan sebagainya.
Kenapa kita tidak boleh berbohong?
Anak kesalahan sebagai turunan dari dari berbohong sangat banyak. Penipuan, pemalsuan, penggelapan, korupsi, markup, konspirasi. Jika yang dibohongi tidak suka bahkan bisa berujung pada, pembalasan, penganiayaan, pengancaman hingga pembunuhan. Kenapa? karena jika seseorang dibohongi, umumnya merasa kesal, jengkel hingga marah.
Banyak cerita yang menggambarkan kerugian jika berbohong, yang paling dikenal adalah dongeng pinokio dan dongeng gembala kambing dan serigala. Alasan utama kenapa kita sebisa mungkin untuk tidak berbohong adalah
“Karena berbohong adalah kesalahan awal dengan tiada akhirnya”
Begini, katakanlah kita berbohong tentang suatu hal dengan menggunakan alasan-alasan tertentu, menggunakan fakta-fakta palsu. Disaat yang sama kita harus berbohong lagi untuk mendukung kebohongan kita, dan kebohongan baru yang baru dibuat juga harus didukung oleh kebohongan lagi, daaaaan begitu seterusnya. Anda akan selalu menutupi kebohongan dengan kebohongan. Dan hidung pinokio pun semakin panjang.
Jika anda ketahuan berbohong, anda akan merasa malu karena ucapan anda tidak sejalan dengan kenyataan dan kemampuan anda sebenarnya. Anda akan kehilangan kepercayaan, yang akan sangat sulit, bahkan jauh lebih sulit mengembalikan kepercayaan orang yang telah dibohongi ketimbang anda memupuk kepercayaan relasi yang baru saja anda kenal, karena mereka akan lebih menjaga jarak, waspada dan penuh curiga terhadap anda.
Kapan kita boleh berbohong?
Diriwayatkan dari Ummu Kultsum, bahwa ia berkata: “Saya tidak pernah mendengar Rasulullah Saw memberi kelonggaran berdusta kecuali dalam 3 hal: [1] Orang yang berbicara dengan maksud hendak mendamaikan, [2] orang yang berbicara bohong dalam peperangan dan [3] suami yang berbicara dengan istrinya serta istri yang berbicara dengan suaminya (mengharapkan kebaikan dan keselamatan atau keharmonisan rumah tangga)”. (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman , kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman , akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar” (QS: Al-Nahl 16:106)
Apakah boleh berbohong untuk kebaikan? Kebaikan apa? kebaikan siapa? apa resikonya jika tidak berbohong dibandingkan dengan berbohong? Melihat hadis diatas, cukup jelas batasan boleh berbohong dalam hal apa saja.
Dan itupun dalam keadaaan tertentu saja, tidak setiap saat dalam perang kita harus berbohong, dan tentu saja tidak setiap saat suami istri berbicara adalah dusta. Keadaan yang dimaksud adalah jika tidak ada jalain lain untuk hasil yang baik untuk kedua pihak selain berdusta maka keadaan tersebut membolehkan untuk berbohong, keadaan ini juga populer disebut sebagai white lie,
Bagaimana menghindari berbohong?
Menghindari situasi yang memaksa anda untuk berbohong lebih mudah daripada memperbaiki kesalahan yang akan anda buat dengan berbohong.
Jangan malu untuk menyatakan anda tidak mampu melakukan/ memenuhi sesuatu, ketimbang anda memberi pengharapan besar kepada lawan bicara tetapi sebenarnya anda berbohong dan tidak yakin akan apa yang anda katakan.
Apakah dengan jujur segala sesuatunya akan menjadi lebih buruk? saya kira tidak. Di awalnya mungkin iya, tetapi rasa melepaskan beban dari pikiran dan hati anda tidak ternilai rasanya, dan nikmatnya, yakinlah anda akan jauh lebih tenang jika anda jujur.
Arahkan pembicaraan dengan menampilkan fakta-fakta yang benar sehingga terhindar dari topik dimana anda harus berbohong.
Biasakan berkata jujur. Anda akan menjadi orang yang dipercaya, dan kepercayaan akan membawa relasi, relasi insya ﷲ membawa rejeki. Gelar pertama Rasulullah bukan Sarjana Teknik, tapi Al-Amin, orang yang bisa dipercaya. Bukankah tujuan hidup kita di dunia hanyalah mencontoh tindakan Uswatun hasanah kita, Rasulullah s. a. w.
“ It is hard to believe that a man is telling the truth when you know that you would lie if you were in his place. ~Henry Louis Mencken, A Little Book in C Major, 1916
If you tell the truth you don’t have to remember anything. ~Mark Twain
Honesty is the first chapter of the book of wisdom. ~Thomas Jefferson
Tidak ada komentar:
Posting Komentar